Selasa, 18 Maret 2014

JOKOWI EFFECT, RUPIAH DAN IHSG MENGUAT



Mungkin untuk hari ini yang sedang panas adalah terkait pengumuman pencalonan Jokowi Secara mengejutkan hari Jumat 14 Maret diumumkan Jolowi sebagai Capres PDIP. Berbagai reaksi bermunculan di tengah masyarakat. Dari kalangan politik kelas atas sampai tukang becak, semua membicarakan Jokowi. Jokowi memang sebuah fenomena.
Hal yang sama terjadi juga di market ekonomi. Pelaku market dikejutkan dengan pergerakan IHSG dan IDR/USD yang keluar dari tren. Ditengah kondisi tekanan jual, IHSG dan IDR/USD tiba-tiba menguat secara signifikan, sehingga hal ini menimbulkan berbagai komentar para pakar ekonomi. Semua ramai-ramai berpendapat ini semua reaksi positif market atas deklarasi Jokowi jadi Capres. Namun ada juga yang berkomentar hal tsb terjadi tidak harus karena Jokowi. Disamping harga IHSG yang terus naik drastis secara tiba2. Nilai tukar rupiah pun  ikut naik.
Ya mungkin ini bukan pertama kalinya terjadi peristiwa seperti itu mungkin dalam dunia investasi biasanya sering disebut dengan even study, peristiwa yang seperti ini juga sempat terjadi saat lengsernya mentri keuangan Sri mulyani yang saat itu juga IHSG naik karena banyak sekali investor yang melakukan investasi terutama pada dunia perbankan. Dan saat terjadi peristiwa pemilu ditahun-tahun sebelumnya juga harga saham mengalami perubahan yang fluktuatif.
KOMPAS.com - Jokowi effect rupanya masih mendorong investor untuk terus mengoleksi rupiah.  Di pasar spot, Senin (17/3/2014) pagi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat hingga menembus ke kisaran 11.200. Dikutip dari data Bloomberg pukul 10.13 WIB,  rupiah bertengger di posisi Rp 11.257,5 per dollar AS. Posisi ini naik 1,33 persen di banding penutupan akhir pekan lalu di level Rp 11.356,3 per dollar AS.  Pagi ini rupiah dibuka menguat ke posisi 11.302,5.
Pada Jumat (14/3/2014) lalu, mata uang RI ini menguat ke level RP 11.356,3 per dollar AS, beberapa saat setelah penetapan Jokowi sebagai calon presiden PDI Perjuangan. Padahal sebelumnya, rupiah sempat terjerembab di zona merah hingga menembus kisaran Rp 11.400-an. Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia untuk hari ini akan diumumkan siang ini. Sedangkan pada Jumat lalu, BI mematok kurs tengah pada Rp 11.421 per dollar AS.
Analis pasar modal, Reza Priyambada, mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akan mengalami kenaikan. Dia memperkirakan IHSG berada di rentang support 4651-4689 dan resistan 4.715-4.728 pada Rabu, 12 Maret 2014, melanjutkan penguatan yang terjadi sehari sebelumnya. "Namun waspadai aksi jual investor asing karena masih ada sentimen negatif yang berpotensi membuat indeks turun," kata dia
Dalam perdagangan Selasa, 11 Maret 2014, IHSG mengalami kenaikan secara bertahap sejak awal perdagangan. Namun IHSG ditutup positif pada akhir sesi perdagangan. Sentimen positif yang muncul saat itu adalah kabar soal pembagian dividen dari beberapa emiten. Hal ini mengimbangi kekhkawatiran investor menjelang pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia serta laju bursa saham Amerika dan Eropa yang negatif.

IHSG menyentuh level tertinggi 4706,60 pada pertengahan sesi 2 dan menyentuh level terendah 4672,54di awal sesi 1. Indeks akhirnya ditutup pada level 4.704,21. Volume perdagangan naik, tapi nilai total transaksi turun dibanding hari sebelumnya. Investor asing mencatatkan penjualan bersih dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Sementara investor domestik mencatatkan nett buy
Di pasar uang, rupiah menguat bersamaan dengan yen, diikuti penguatan mata uang negara berkembang lainnya. Hal ini terjadi karena ada ekspektasi Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan. Di sisi lain, kebijakan Bank Indonesia yang menandatangani kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BSCA) dengan Korea Selatan senilai Rp 115 triliun membuat rupiah berada di posisi aman. Rupiah diperkirakaN melampaui level resistan 11.415 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar