MAKALAH
ANALISIS JABATAN dan KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Makalah
ini di buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah MSDM 1
Dosen
Pengampu : Dr. Achmad Sani
Supriyanto,SE., M.Si
Disusun
Oleh :
Dzari’atus Sanihah 11510010
JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
2012
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirahim
Assalamu
alaikum warahmatullahi wabarakatu
Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang
telah mengijinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan
menulis makalah manajemen SDM yang berjudul
Analisisjabatandankebutuhantenagakerja.
Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun
makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Ilmu manajemen SDM 1, untuk mencapai
nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak
terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik
Andai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakaatuh
Malang , Mei 2012
Kelompok
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 LATAR BELAKANG
Pekerjaan dianalisis
sebagai kegiatan rutin pada manajemen strategis yang di lakukan sejak awal tahun
1990-an. Kemudian diperbarui dengan pengertian mengenai pengukuran kinerja,
biaya dan standarisasi, peningkatan produktivitas prosedur teknik industry lainya.
Sejalan dengan
itu, pekerjaan berhubungan dengan proses analisis yang di gunakan untuk administrasi
penggajian. Dalam masalah ini analisis pekerjaan digunakan penggembangan deskripsi
dan fungsi jabatan untuk penentuan respon terhadap masing-masing posisi.
Berbekal dari
analisis pekerjaan, maka perencanaan SDM perusahaan dalam hal permintaan dan persediaan
karyawan untuk masa yang akan datang dapat diramal secara sistematis. Hal ini memungkinkan para manajer dan departemen SDM
untuk mengembangkan perencanaan penyusun staff, di dukung oleh organisasi yang
memberikan kesempatan untuk bertindak secara proaktif dari pada reaktif.
Kebutuhan akan
Perencanaan SDM mungkin tidak segera tampak.
Sebenarnya kebutuhan SDM dalam perusahaan sukar dipenuhi secepatnya. Perusahaan
yang tidak merancang SDM sering akan menemukan bahwa mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan karyawan secara efesien dan efektif.
1.1 Rumusan masalah
1. Apa itu
analisis jabatan ?
2. Apa yang
dimaksud kebutuhan tenaga kerja ?
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui analisis jabatan
2. Untuk
mnegetahui kebuthan tenaga kerja
BAB II
1.1 Pengertian Analisis
Jabatan
Analisis
jabatan (job analysis) merupakan suatu proses penggambaran dan pencatatan
informasi mengenai prilaku dan kegiatan pekerjaan. Agar praktek manejemen
sumber daya manusia bisa lebih efektif, pekerjaan harus dipahami dengan jelas
baik oleh perusahaan maupun pelakunya.
Untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya, diperlukan sumber daya manusia yang tepat, yang memiliki kemampuan
sesuai dengan beban tugas yang harus dilaksanakan supaya tugasnya dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Definisi jabatan menurut Wursanto (1991: 39) adalah
sebagai berikut: ”Jabatan diartikan sebagai kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang pegawai dalam susunan suatu
organisasi.”
Jabatan berkaitan dengan serangkaian
pekerjaan yang akan dilakukan dan persyaratan yang diperlukan untuk melakukan
tugas tersebut dan kondisi lingkungan di mana pekerjaan tersebut dilakukan.
Data yang dikumpulkan secara lebih rinci meliputi tugas-tugas (duties),
tanggung jawab (responsibility), kemampuan manusia (human ability),
dan standar unjuk kerja (performance standard).
Istilah analisis adalah terjemahan
dari kata to analyze yang berarti ”menguraikan”. Jadi analisis
jabatan berarti menguraikan suatu jabatan menjadi beberapa tugas (task).
Definisi analisis jabatan menurut
Hariandja (2007: 48) adalah sebagai berikut: ”Analisis jabatan adalah usaha
untuk mencari tahu tentang jabatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan
tugas-tugas yang dilakukan dalam jabatan tersebut.” Sedangkan menurut Irawan,
dkk. (1997: 46): ”Analisis jabatan merupakan informasi tertulis mengenai
pekerjaan-pekerjaan apa yang harus dikerjakan oleh pegawai dalam suatu
perusahaan agar tujuan tercapai”.
Sementara itu analisis jabatan
menurut Sofyandi (2008: 90) adalah sebagai berikut:
Analisis jabatan (job analysis)
merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengetahui mengenai isi dari suatu
jabatan (job content) yang meliputi tugas-tugas,
pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab, kewenangan, dan kondisi kerja, dan
mengenai syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan (job requirements)
seperti pendidikan, keahlian, kemampuan, pengalaman kerja, dan lain-lain, agar
seseorang dapat menjalankan tugas-tugas dalam suatu jabatan dengan baik.
Schuler
(Yuniarsih dan Suwatno, 2008: 98) berpendapat sebagai berikut: ’Job analysis
is the process of describing and recording aspects of jobs,… the purposes of a
job, its major duties or activities, and the conditions under which the job is
performed.’
Pynes (2004: 147) memberikan
pendapat mengenai analisis jabatan sebagai berikut: “A job analysis is a
systematic process of collecting data for determining the knowledge, skills,
abilities, and other characteristics (KSAOCs) required to successfully perform
a job and to make judgements about the nature of a specific job”.
Dari definisi-definisi mengenai
analisis jabatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan
upaya untuk mendapatkan informasi mengenai suatu jabatan dan syarat-syarat yang
diperlukan untuk dapat memegang jabatan tersebut dengan baik. Dari
pengertian-pengertian tersebut, terlihat bahwa analisis jabatan merupakan suatu
proses yang sangat penting dalam MSDM. Melalui analisis jabatan, akan diketahui
berapa posisi/jabatan yang seharusnya ada dalam suatu organisasi dan kemampuan
apa yang dibutuhkan oleh pemegang jabatan.
Analisis jabatan juga bermanfaat
untuk:
- Menyediakan informasi pekerjaan yang realistis bagi para pelamar kerja mengenai kewajiban, kondisi kerja, dan persyaratannya.
- Mengendifikasikan hubungan antara supervisor dan bawahannya.
- Memberikan bantun dalam menentukan kewajiban masing-masing karyawan dan tugas-tugas yang berkaitan.
- Menyediakan landasan informasi yang diperlukan dalam mengambil keputusan mengenai karyawan sesuai Undang-undang Hak Sipil tahun 1964 dan 1991 (Civil Rights Act of 1964 & 1991.
- Dapat membantu perusahaan dalam memenuhi Undang-undanguntuk Warga penyandang Cacat AS Tahun 1990 (Amerika with Disabilities Act of 1990).
- Menentukan arti penting dan wktu yang diperlukan seorang karyawan.
- Dipergunakan sebagai dasar pelatihan, perencanaan karir, dan pengembangan karir.
- Digunakan dalam penentuan nilai relative suatu pekerjaan,dan oleh karena itu bermanfaat untuk memelihara kewajaran upah baik secara eksternal maupun internal.
- Dapat berperan sebagai alat untuk memudahkan desain ulang dan perubahan pekerjaan.
- Dapat mempalancar perubahan organisasi dengan mengenali pengulangan yang tidak perlu selama berlangsungnya merger,akuisis, dan perampingan.
Uraian tugas berperan sebagai bagian dari kontrak
tertulis yang mengatur hubungan kerja (employment relationship). Uraian tugas
perlu mewakili gambaran yang lengkapdan akurat mengenai tugas-tugas kerja.
- Job title (nama atau sebutan pekerjaan) mendefinisikan suatu kelompok posisi yang dapat saling dipertukarkan (identik) sesuai tugas-tugas penting mereka.
- Departemen atau devisi menunjukan letak pekerjaan dalam perusahaan.
- Tanggal analisis pekerjaan menunjukan kapan urain tugas disiapkan dan apakah harus diperbaharui.
- Ringkasan tugas (job summary),merupakan abstraksi dari pekerjaan.
- Supervisi yang diterima dan diberikan mengindentifikasikan hubungan pelaporan.
- Pelaksanaan kerja mengindentifikasikan kewajiban dan menggaris bawahi tugas pokok yang membentuk suatu pekerjaan.
- Job context berhubungan dengan lingkungan yang melingkupi pekerjaan.
Proses
pelaksanaan analisis pekerjaan meliputi langkah-langkah berikut ini:
·
1.Merencanakaan analisis
pekerjaan
·
2.Mempersiapkan dan
mengomunikasikan analisis pekerjaan
·
3.Mengadakan analisis
pekerjaan
·
4.Mengembangkan deskripsi
pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan
·
5.Mempertahankan dan
memperbarui deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan.
SUMBER INFORMASI YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS JABATAN
Informasi mengenai suatu pekerjaan dapat diperoleh
dari pejabat yang berwenang, supervisor, atau analisis jabatan yang
terlatih,seperti staf SDM atau konsultan dari luar. Karena masing-masing
melihat pekerjaan dari persepsi yang berbeda.
Pemegang Jabatan atau Pejabat yang
Berwenang (Job Incumbents)
Pemegang jabatan memiliki pengetahuan langsung
mengenai pekerjaan mereka. Para pemegang jabatan, yang sering kali dirujuk
sebagai para ahli bidang (subject matter experts/SMEs), biasanya menyediakan
data lewat partisipasi dalam suatu wawancara atau dengan menggapai kuesioner.
Para manajer lini dan pemagang jabatan biasanya sepakat mengenai tugas dan
kewajiban tertentu pemegang jabatan. Sekalipun peringkat pemegang jabatan
mungkin sedikit lebih tinggi, masih ada sejumlah alasan bagus untuk menyertakan
peringkat ini dalam proses analisis jabatan.
Pertama, karena merupakan sumber informasi yang paling
baru dan akurat mengenai pekerjaan , Kedua, dimasukannya peringkat ini
memungkinkan manajer lini dan pemegang jabatan memperoleh perspektif
bersama mengenai job expectation. Ketiga, penggunaan peringkat ini dapat
meningkatkan persepsi keadilan prosuderal dan mengurangi ke engganan untuk
berubah yang mungkin dilakukan atas dasar hasil analisis jabatan.
Supervisor
Para supervisor mungkin kesulitan menjelaskan semua
tugas yang telibat didalamnya. Ini terutama terjadi pada tugas-tugas yang tidak
dapat diamati secara langsung oleh supervisor, seperti tugas mental atau
tugas-tugas yang dilakukan dilapangan. Para supervisior mungkin juga berada
dalam posisi yang lebih baik untuk menggambarkan tugas-tugas yang harus
dimasukan dalam pekerjaan, dan tugas apa saja yang dapat dimasukan jika
pekerjaan tersebut akan dirancang ulang.
Analisis Jabatan yang Terlatih
Beberapa metode mengenai analisis jabatan memerlukan
masukan dari para analis jabatan yang telah terlatih. Para supervisor atau
pemegang jabatan dapat diajari untuk berperan sebagai analis jabatan, namaun
biasanya hal ini lebih banyak dilakukan oleh konsultan dari luar atau staf bagian
sumber daya manusia perusahaan tersebut.
Menyeleksi Sumber-sumber Informasi
Karena pemegang jabatan,supervisor, dan para analis
jabatan yang terlatih masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian yang
terkait, strategi yang baik adalah dengan memasukan beberapa orang dari masing-
masing kelompok sumber ini.
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
ANALISIS JABATAN
Empat metode yang umum:
Observasi atau Pengamatan
Frederick Taylor, sangat paham bahwa mengamati para
karyawan yang sedang melakukan tugas akan menghasilkan informasi yang kaya
mengenai tugas-tugas yang tercakup didalam. Pengamatan ini mungkin mencangkup
penggunaan videotape,audiotape, dan bahkan pemantau secara elektronik. Pengukur
secara fisik atas kegiatan yang dilakukan, seperti mengukur objek yang harus
dipindahkan,dan uaraian mengenai cara kerja sebuah mesin, seringkali memerlukan
sejumlah observasi terhadap pekerjaan pada saat dilakukan.
Wawancara
Sejumlah pekerjaan mencangkup tugas-tugas yang sulit
untuk diamati. Suatu cara yang baik untuk memeahami pekerjaan semacam ini
mungkin dengan melakukan wawancara dengan sejumlah orang yang berkitan. Sebagai
contoh, untuk sungguh-sungguh dapat memahami pekerjaan seorang perancang
perangkat lunak (softwar) yang mengembangkan program grafik yang disesuaikan dengan
kebutuhan printer komersial Anda dapat mewawancarai pemegang jabatan,
supervisornya, anggota tim desain produk mereka, anggota staf yang menulis
kode-kode computer untuk implementasi desain mereka, dan konsumen yang pada
akhirnya menentukan tujuan mereka.
Kuesioner
Karena lebih ekonomis daripada wawancara atau
observasi, kuesioner seringkali digunakan jika informasi yang diperlukan harus
dikumpulkan dari banyak pemagang jabatan. Pada keadaan tertentu, kuesioner
mungkin dibuat sendiri, Kuesioner yang telah di bakukan biasanya diperoleh
dengan cara membeli dari luar. Kuesioner baku lebih ekonomis, dan pembuatannya
sering kali memberikan keuntungan tambahan dengan menyediakan informasi yang
berharga dari database yang lebih besar. Di pihak lain, kuesioner yang telah
disesuaikan dengan keadaan, biasanya menghasilkan informasi yang jauh lebih
spesifik terhadap pekerjaan khusus yang tercakup di dalamnya. Karakteristik ini
terutama berguna untuk penulisan uraian tugas yang penting atau untuk
mengembangkan penilaian kinerja.
Kuesioner mungkin dilakukan dalam suatu formulir
isian, atau yang kini semakin banyak dilakukan, dengan computer.
Buku harian
Salah satu kekurangan observasi, wawancara, dan
kuesioner adalah bahwa informasi yang dihasilkan tampaknya tergantung pada
waktu dilakukannyapengumpulan data. Semua hal yang tampak paling menonjol pada
saat dilakukannya wawancara, adalah yang paling bayak dimasukan kedalam
analisis jabatan. Buku harian menawarkan satu solusi untuk masalah ini. Jika
pemegang jabatan dan supervisor memiliki sebuah buku harian selama kurun waktu
beberapa minggu, hasil analisis jabatan akan berkurang biasanya akibat tidak
tepatnya waktu pelaksanaan analisis. Untuk job yang berbeda pada waktu yang
berbeda di tahun tersebut, buku harian mungkin sangat bermanfaat.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan
pada tiap-tiap jabatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di sebut pengamatan
lansung apabila pengamat ikut terjun langsung bersama dengan pelaksana dalam menjalankan
tugas pekerjaanya. Sedangkan pengamatan tidak langsung adalah apabila pengamat melakukan
pengamatan dari jauh.
TEKNIK ANALISIS JABATAN YANG
SPESIFIK
Analisis Metode
Analisis metode memfokuskan perhatian pada analisis
unsure-unsur pekerjaan, yaitu komponen terkecil yang bias diindefikasi dari
sebuah pekerjaan. Metode ini digunakan untuk menilai gerakan kecil guna
mengindentifikasi kegiatan- kegiatan yang tidak efesien dari seorang karyawan
atau kegiatan yang menyebabkan ketegangan yang tak semestinya. Sejumlah sarana
(tools) dan teknik spesifik tersedia untuk malakukan analisis metode yang
diperlukan.
Analisis Jabatan Fungsional
Departemen Tenaga Kerja dan Pelatihan AS (US Training
and Employment Service) telah mengembangkan analisis jabatan fungsional
(Functional Job Analysis/FJA) untuk meningkatkan penempatan dan penyuluhan
kerja bagi mereka yang mendaftar dikantor-kantor ketenaga kerjaan setempat.
Seperti halnya teknik analisis metode, para pengamat yang terlatih menggunakan
FJA. Namun dengan FJA, para pengamat lebih banyak menggunakan system peringkat
yang kompleks untuk menggabarkan kegiatan kerj dari pada mengukur kegiatan itu
sendiri secara langsung. Analis yang terlatih menggambarkan pekerjaan dalam
pengertian sejauh mana hal itu membutuhkan tiga jenis kegiatan: bekerja dengan
data, menghadapi orang, dan menangani “sesuatu”. Untuk masing-masing dari
ketiga aspek ini,analisis membuat peringkat berdasarkan tingkat fungsi yang
diperlukanoleh pekerjaan .
Tahap-tahap dalam analisis jabatan
Ada lima tahap dasar analisis jabatan yang di
kemukakan oleh Andrew J. Dubrin (1982:29)
1. Pengumpulan
latar belakang informasi
Pada tahap ini di kumpulkan semua
informasi dan di adakan pengujian terhadap informasi yang ada. Di samping itu,
dibuat juga deskripsi jabatan, bagan organisasi informasi tentang upah dan
Gaji.
2. Pemilihan
kedudukan yang representative
Tahap ini merupakan tahap penentuan
kedudukan yang sesuai kemampuan prgawai dan persyaratan yang telah ditentukan.
3. Pengumpulan
data analisis jabatan
Tahap ini merupakan pengumpulan data
yang relavan dengan kemampuan dan skill pegawai.
4. Pengembangan
deskripsi jabatan
Tahap ini merupakan tahap
Pengembangan deskripsi jabatan yang berhubungan dengan keperluan perusahaan.
5. Pengembangan
spesifikasi jabatan
Pada tahap ini diuraikan kebutuhan
jabatan, seperti kemampuan, bakat, skill, dan pengalaman pegawai.
Tujuan analisis jabatan
Di
bawah ini di kemukakan oleh dale yoder
tujuan analisis jabatan sebagai berikut:
a) Menentukan
kualifikasi yang diperlukan pemegang jabatan
b) Melengkapi
bimbingan dalam seleksi dan penarikan pegawai
c) Mengevaluasi
kebutuhan pegawai untuk pemindahan atau promosi jabatan
d) Menentukan
kebutuhan untuk program pelatihan
e) Menentukan
tingkat upah, gaji, dan pemeliharaan administrasi upah dan gaji
f) Mempertimbangkan
keadilan dari jasa yang kurang puas terhadap pernyataan yang di berikan
g) Menetapkan
tanggung jawab, pertanggungjawaban dan autoritas
h) Menetapkan
tuntutan yang esensial dalam penetapan standar produksi
i)
Melengkapkan clues untuk peningkatan metode dan
penyederhanaan kerja
Aspek-aspek yang perlu di perhatikan dalam
analisis jabatan
Ghiselli
dan Brown (1995:18-19) mengemukakan aspek –aspek yang perlu diperhatikan dalam
analisis jabatan adalah sebagai berikut:
1. Mengenai
jabatan
a) Nama jabatan
b) Metode dan
prosedur kerja masa kini\
1. Kewajiban-kewajiban
dan tugas-tugas yang harus di kerjakan oleh seorang pegawai
2. Bahan
perlengkapan dan lain-lainya yang di pakai oleh pegawai\
3. Alat-alat,
mesin, dan peralatan yang di gunakan oleh pegawai
4. Metode,
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan
5. Tanggung jawab
6. Besarnya
pengawasan yang di terima
7. Ukuran standar
hasil kerja
c) Kondisi fisik
dalam lingkungan kerja
1. Tempat kerja di
dalam maupun di luar
2. Kondisi
kegaduan suara
3. Kondisi
penerangan atau cahaya
4. Kondisi
ventilasi
5. Dst
d) Hubungan antara
pekerjaan yang satu dengan yang lain
1. Pekerja dan
asisten
2. Koordinasi
tugas-tugas dan jabatan
e) Kondisi-kondisi
penerimaan pegawai
1. Metode seleksi
pegawai
2. Lamanya jam
kerja
3. Metode
penggajian
4. Kesempatan
promosi jabatan
2. Mengenai
pegawai
a) Cirri-ciri
jasmaniah pegawai
1. Kesehatan
2. Kekuatan daya
tahan tubuh
3. Ukuran tubuh
4. Ketrampilan
5. Kekurangan
jasmaniah yang dapat diterima
b) Cirri-ciri
rohaniah pegawai
1. Fungsi alat
indera
2. Kecakapan dan
kemampuan
3. Sifat
kepribadian dan tabiat, seperti kejujuran, dan stabilitas emosi
c) Latar belakang
pegawai
1. Pendidikan umum
2. Pengalaman
kerja sebelumnya
langkah-langkah utama dalam analisis
jabatan
dalam analisi jabatan terdapat dua
langkah utama yang harus dilakukan yaitu
1. Penentuan tugas
utama, kegiatan-kegiatan, perilaku, atau kewajiban yang akan di laksanakan
dalam pekerjaan
2. Penetapan
pengetahuan (knowledge), kemampuan (abilities), kecakapan (skills) dan
karateristik lainya yang meliputi factor-faktor kepribadian, sikap. Ketangkasan
atau karakteristik fisik dan mental yang di perlukan.
Jenis
analisis jabatan
Terdapat dua jenis analisis jabatan,
yakni deskripsi jabatan tradisional dan deskripsi jabatan yang beriorentesikan
hasil.
1. analisis
jabatan tradisional
model tradisi ini mencari informasi
sekitar tiga aspek yaitu Tanggung jawab (responsibilities), kewajiban-kewajiban
(duties) umum dari seorang yang memegang
suatu kedudukan dan qualifikasi (qualifications) minimal yang diterima sabagai
kelayakan.
Terdapat beberapa kelemahan analisis
jabatan meliputi:
Ø uraian tugas
pada model ini hanya mencatat tugas-tugas yang dilaksanakan oleh sejumlah
pembantu administrasi
Ø tidak ada
syarat-syrat bagi pelaksanaan pekerjaan
Ø tidak merinci
kualitas, kuantitas atau ketepatan waktu dari suatu pelayanan yang diinginkan
Ø tidak ada
standar formansi minimal yang dapat diterima bagi seorang pekerja.
2. analisis
jabatan yang berorientasi hasil
analisis jabatan ini berasumsi bahwa
uraian pekerjaan ini akan menjadi lebih bermanfaat jika pekerjaan tersebut
memperjelas harapan-harapan organisasi kepada para pekerja, dan ketrkaitan
antar tugas-tugas, standar-standar, kecakapan dan kualifikasi minimal.
Oleh karena itu, analisis jabatan
ini memuat keterangan yang berkisar pada pertanyaan berikut.
a. Task. Perilaku,
kewajiban atau fungsi apa ynag penting bagi suatu pekerjaan?
b. Conditions.
Bagaimana sifat dasar pekerjaan, atau syarat-syarat apa yang di perlukan agar
pekerjaan itu terlaksana?
c. Standars.
Harapan performansi objektif apa yang di berikan pada setiap tugas yang di
tuangkan menurut standar kualitas, kuantitas atau ketetapan waktu yang benar-benar
dikaitkan dengan tugas organisasi.
d. SKAs (skills,
knowledges, and abilities). Kecakapan apa, pengetahuan dan kemampuan apa yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas pada standar minimal yang diterima?
e. Qualification.
Pendidikan dan pengalaman yang bagaimana , serta kualifikasi lain yang yang
bagaimana yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerja mempunyai SKAs yang
diperlukan bagi pelaksanaan tugasnya.
Kelemahan
model berorientasi hasil
Ø Perubahan di
dalam syarat-syarat dan standar-standar menuntut peninjauan kembali. syarat-syarat yang mempengaruhi perfomansi
akan berubah pada giliranya akan menuntut model berorientasi hasil untuk
dirumuskan kembali guna memuat dan merinci syarat-syarat yang berubah tersebut.
Ø Setiap
kedudukan menuntut model berorientasi hasil tersendiri
Ø Beberapa
kedudukan tidak mempunyai standar performansi yang dapat diukur.
Kelebihan model berorientasi hasil
Ø Model ini
menyediakan suatu sarana untuk menghubungkan model personal terhadap output
organisasi bagi para perencana program
Ø Model ini
menyediakan suatu sarana memperkenalkan kepada para pekerja yang baru atas
harapan-harapan dan tujuan yang di tetapkan untuk mengadakan evaluasi terhadap
performansi pekerja secara lebih objektif bagi para manajer
Ø Model ini
memberikan gambaran yang jelas mengenai harapan performansi organisasi, dan
kualifikasi minimal yang dibutuhkan untuk promosi atau penempatan bagi para
pegawai
Ø Meningkatkan
dampak dari para manajer kepegawaian terhadap produktifitas organisasi dan
pekerja dari pada membatasi dampak mereka pada manajemen kedudukan dan
pemaksaan pengawasan legislative dari luar.
2.2
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Bekerja merupakan suatu wujud dari pada pemenuhan kebutuhan, itu
dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan pikiran yang
melebihi makhluk lain dan memiliki berbagai kebutuhan. Untuk terpenuhnya
kebutuhan harus melakukan usaha dan bekerja, kebebasan berusaha untuk
menghasilkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari merupakan
hak seseorang. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan :
(1) “Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
(2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak”.
Didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Sedangkan pengertian
pekerja/buruh menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain”.
Buruh adalah orang yang bekerja pada majikan atau perusahaan
apapun jenis pekerjaan yang dilakukan. Orang itu disebut buruh apabila dia
telah melakukan hubungan kerja dengan majikan. Kalau tidak melakukan hubungan
kerja maka dia hanya tenaga kerja, belum termasuk buruh[1].
Pengertian Tenaga Kerja
Pengertian Tenaga Kerja
Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok
Ketenagakerjaan yang merupakan undang-undang tentang tenaga kerja sebelum
diubah menjadi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
memberikan pengertian tenaga kerja ”Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Dari pengetian di atas terdapat perbedaan
dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak memuat kata
”baik di dalam maupun di luar hubungan kerja” dan adanya penambahan kata
sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat. Pengurangan
kata tersebut akan dapat mengacaukan makna tenaga kerja itu sendiri seakan-akan
ada yang di dalam dan ada pula di luar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan
konsep tenaga kerja dalam pengertian umum. Penambahan kata sendiri pada kalimat
memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat karena barang atau jasa yang
dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk
diri sendiri, sehinga menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya
bekerja untuk orang lain dan melupakan dirinya sendiri
Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan tenaga
kerja adalah berupa analisis kebutuhan tenaga kerja (work force analysis) yang
terdiriatas. Analisis Beban Kerja (Work Load
Analysis)danAnalisis Kebutuhan Tenaga Kerja ( Work Force Analysis).
Menurut Martoyo (1996:26) bahwa: “yang dimaksud dengan analisis kebutuhan
tenaga kerja adalah melakukan analisis terhadap kemampuan tenaga kerja yang
sekarang untuk memenuhi kebutuhan jumlah karyawan”, dan menurut Komaruddin
(1996:41) bahwa: “analisis kebutuhan tenaga kerja bertujuan untuk menetapkan
kebutuhan akan personalia yang digunakan untuk dapat mempertahankan kesinambungan
norma suatu perusahaan”.
1. Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis)
Analisis beban kerja (work load analysis) menurut Ranupandojo dan Suad Husnan (1990: 322) serta oleh Komarrudin (1996 :43) diformulasikan sebagai berikut:
WLA = (TMH/MHU) x1 man
dimana:
TMH = Total man hour
WLA = Work load analysis
MHU = Man hour per unit
Hasil langsung dari analisi beban kerja adalah penetapan bilangan jumlah karyawan yang diperlukan untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan tertentu selama waktu tertentu.
2. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja ( Work Force Analysis )
Menurut Martoyo (1996: 26) menyatakan bahwa “analisis kebutuhan tenaga kerja adalah untuk mengetahui tenaga kerja senyatanya yang diperlukan, ikut diperhitungkan juga tingkat absensi dan tingkat perputaran tenaga kerja (labour turn over)”.
WFA = WLA + (% Ab x WLA + % LTO x WLA)
dimana:
WFA = Work force analysis = analisa kebutuhan tenaga kerja
WLA = work load analysis = analisa jumlah beban kerja
%Ab = %absence = % ketidakhadiran tenaga kerja dalam periode tertentu
LTO = labour turn over = perputaran tenaga kerja dalam periode tertentu
1. Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis)
Analisis beban kerja (work load analysis) menurut Ranupandojo dan Suad Husnan (1990: 322) serta oleh Komarrudin (1996 :43) diformulasikan sebagai berikut:
WLA = (TMH/MHU) x1 man
dimana:
TMH = Total man hour
WLA = Work load analysis
MHU = Man hour per unit
Hasil langsung dari analisi beban kerja adalah penetapan bilangan jumlah karyawan yang diperlukan untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan tertentu selama waktu tertentu.
2. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja ( Work Force Analysis )
Menurut Martoyo (1996: 26) menyatakan bahwa “analisis kebutuhan tenaga kerja adalah untuk mengetahui tenaga kerja senyatanya yang diperlukan, ikut diperhitungkan juga tingkat absensi dan tingkat perputaran tenaga kerja (labour turn over)”.
WFA = WLA + (% Ab x WLA + % LTO x WLA)
dimana:
WFA = Work force analysis = analisa kebutuhan tenaga kerja
WLA = work load analysis = analisa jumlah beban kerja
%Ab = %absence = % ketidakhadiran tenaga kerja dalam periode tertentu
LTO = labour turn over = perputaran tenaga kerja dalam periode tertentu
Menurut Gorda (1994: 39) tingkat absensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
% absensi = (HKH/HKT) x 100%
dimana:
HKH = Hari kerja yang hilang = hari krywn tdk bekerja dlm periode trtentu
HKT = Hari kerja karyawan yang tersedia
Persentase perputaran karyawan (labour turn over) oleh Komaruddin (1996:4) dirumuskan sebagai berikut:
% PK = (JGK/RKP) x 100%
Dimana:
JGK = Jumlah pergantian karyawan = jumlah karyawan yg keluar dalam
periode tertentu
PK = Perputaran karyawan
RKP = Rata-rata karyawan satu periode = total jumlah karyawan satu
periode dibagi periode tersebut
PEMBAGIAN TENAGA KERJA
Dalam suatu perusahaan, tenaga kerja di bedakan atas
dua bagian :
1. Tenaga kerja langsunng
Yaitu tenaga kerja yang bekerja langsung dalam suatu
proses produksi. Contoh : operator.
2. Tenaga kerja tidak langsung
Yaitu tenaga kerja yang tidak bekerja langsung dalam
suatu proses produksi, tetapi hanya bekerja dalam kegiatan produktivitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibun, malayu. 1990. Manajemensumberdayamanusia. Jakarta: PT
TokoGunungAgung
Mangkunegara, Anwar. 2001. ManajemenSumberDayamanusia Perusahaan.
Bandung: PT remajarosdakarya
Panggabean, Mutiara. 2002. ManajemenSumberDayamanusia. Bogor: Ghalia
Indonesia
Rivai, Veithzal. 2005. ManajemenSumberDayamanusiauntukperusahaan.
Jakarta: Rajagrafindopersada
Sihotang. 2006.
ManajemenSumberDayaManusia. Jakarta: pradnyaparamita
Wursanto. 1998. ManajemenKepegawaian 1. Surabaya: Kanisus
http://www.imammurtaqi.com/2012/03/pengertian-tenaga-kerja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar